PERKEMBANGAN MUSIKALITAS ANAK
Oleh: Tono Rachmad PH
(Artikel ini telah disajikan pada Gathering Musik Klasik – walagri Classic Club)
Bandung, 28 Mei 2011
A. PENDAHULUAN
Dalam beberapa penelitian medis, telah diyakini bahwa indera pendengaran merupakan indera yang pertama kali berkembang sejak janin berada didalam rahim. Syaraf pendengaran merupakan syaraf sensorik pertama dalam tubuh janin yang akan memberi informasi ke otak yang sedang berkembang pertumbuhannya. Pada tahap berikutnya, terjadi suatu proses di otak dimana terjadi proses asosiasi antara informasi bunyi yang satu dengan informasi bunyi lainnya. Proses tersebut berlanjut secara terus menerus, dan merupakan data bunyi yang akan tersimpan dibawah sadarnya.
Saat lahir, bayi akan menggunakan data-data tersebut untuk mengenali informasi-informasi baru yang didengarnya. Oleh karena itu dapat dipahami, bagaimana bayi lebih awal mengenali suara ibunya, dibandingkan suara suara lain. Tentu saja dapat dipahami pula bahwa faktor kebiasaan yang berulang-ulang yang dialami bayi saat berdekatan dengan ibunya membuat ia lebih akrab dengan suara ibunya.
Seiring dengan perkembangan fisik dan mental anak, maka turut berkembang pula kemampuan musikalnya. Perkembangan musikal yang signifikan mulai terjadi sejak usia 0 tahun hingga sekitar 17-18 tahun. Perkembangan musikal anak ini, tentunya tidak dapat terlihat hanya dari kemampuannya dalam bermain alat musik saja. Perkembangan musikal anak juga dapat diamati dari cara dia bernyanyi, menggerakan badan untuk meniru irama, atau duduk tenang saat mendengar musik. Kemampuan musikal, lebih terkait dengan keseluruhan perkembangan kognitif, psikomotor, dan afektif.
Oleh karena itu, banyak psikolog musik dan pendidik musik, lebih cenderung menyarankan untuk belajar alat musik yang sederhana, sejak usia 3-4 tahun. Diusia ini, anak mulai memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, psikomotorik yang baik, dan perkembangan afektif yang lebih baik pula dibandingkan masa usia sebelumnya. Sementara perkembangan musikalitas anak di usia ini juga dianggap telah mampu mengikuti pendidikan musik formalnya. Anak di usia ini telah melampaui perkembangan musikalitas awalnya, seperti mampu merespon dan memproduksi musik (bernyanyi, mengikuti dengan gerak, menggunakan anggota badannya untuk memainkan irama(, tetapi dalam konteks yang sederhana serta kemampuan dalam mendengar ketinggian nada secara tepat (absolute pitch) yang mulai berkembang baik. Sementara untuk mengembangkan kemampuan musikal anak agar lebih maksimal, dapat dimulai pada usia yang lebih awal lagi, yakni sekitar 1-2 tahun. Bahkan pada penelitian lain, perkembangan musikal anak diyakini dapat dimulai sejak ia masih dalam kandungan (efek Mozart).
B. PERKEMBANGAN MUSIKALITAS ANAK USIA PRA SEKOLAH DASAR
Pada usia 0-4 tahun, seorang anak telah melampaui tahap-tahap perkembangan musik, yang berhubungan dengan kemampuan awal pendengaran dan berbicaranya. Mulai saat ia dapat bereaksi terhadap respon suara (0-1 tahun), kemampuan musik secara spontan (1-2 tahun), kemampuan memproduksi potongan melodi atau frase lagu (2-3 tahun), hingga kemampuan akan absolute pitch dan pemahaman akan gambaran umum terhadap lagu yang didengarnya (3-4 tahun).
Hingga tahap ini, anak dapat dikatakan siap untuk menerima keterampilan awal dalam bermain alat musik, namun demikian, ia belum mampu membaca dan menulis simbol-simbol musik seperti notasi musik. Alat musik yang digunakannya juga perlu disesuaikan dengan anatomi tubuh yang dimilikinya. Begitupula dalam Kemampuan membaca dan menulis notasi musik, dapat berkembang sejalan dengan kemampuannya membaca dan menulis huruf, yakni sekitar usia 6-7 tahun. Hingga usia ini, perkembangan musikalnya pun telah melampaui beberapa tahap perkembangan. Pada usia ini, seorang anak telah memiliki kemampuan, antara lain:
- Kemampuan dalam membedakan register dari pitch beberapa nada yang berbeda.
- Kemampuan dalam menirukan dengan tepukan, untuk irama yang diberikan.
- Kemampuan dalam memahami dinamika lembut dan keras.
- Kemampuan dalam membedakan pola ritme sederhana yang sama, pada tonalitas yang berbeda.
- Kemampuan dalam bernyanyi dengan nada yang tepat, mulai berkembang.
- Kemampuan dalam memahami musik tonal, jauh lebih baik daripada musik atonal.
C. MASA PERKEMBANGAN MUSIKALITAS ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Menginjak usia 7 tahun hingga 12 tahun, merupakan usia dimana umumnya anak mengalami pertumbuhan fisik yang pesat. Di usia ini, anak dapat mulai belajar alat musik standar yang ladzimnya dipakai oleh orang dewasa, seperti piano, gitar, drum set, flute, biola, dan sebagainya.
Anatomi fisik anak (sekitar usia 12 tahun), umumnya telah mendekati anatomi fisik orang dewasa, khususnya untuk struktur jari, tangan, lengan, pundak, dan kaki, sebagai bagian dari anggota tubuh yang diperlukan dalam bermain alat musik. Struktur tulang dan kekuatan otot-otot jari, tangan, serta kaki mereka telah mampu menahan beban dan menyalurkan kekuatan yang hampir sama dengan kemampuan orang dewasa. Hal ini sangat diperlukan dalam mengolah kecepatan ataupun menggunakan kekuatan jari untuk memproduksi nada saat ia bermain alat musik.
D. KEMAMPUAN MUSIKALITAS USIA REMAJA.
Namun perlu diperhatikan khususnya pada anak laki-laki yang berminat untuk belajar vokal. Di usia 11-12 tahun, adakalanya mereka telah mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan wilayah suara mereka turun/rendah 1 oktaf. Wilayah suara merekapun juga menjadi terbatas. Pada ketinggian nada tertentu, mereka sulit untuk menyanyikannya. Didalam musik, wilayah suara anak laki-laki yang demikian itu disebut dengan istilah Cambiata. Oleh karena itu, tidak disarankan dalam kondisi ini, anak laki-laki untuk menyanyikan lagu diluar kondisi tersebut, karena dapat berakibat buruk bagi kondisi fisik dan psikis mereka.
Tidak jarang dimasa-masa perubahan hormonal ini pula, anak laki-laki merasa canggung untuk tampil bernyani didepan orang banyak. Hal ini, karena perubahan fisik yang terjadi saat perubahan hormonal tersebut. Fisik anak laki-laki akan berkembang menuju bentuk fisik laki-laki dewasa.
Tahapan perkembangan musikal yang terjadi diantara rentang usia 7-12 tahun, adalah:
- Kemampuan dalam mengapresiasi kesan bunyi yang konsonan, dibandingkan bunyi yang disonan.
- Kemampuan dalam menampilkan aspek ritmis, berkembang.
- Kemampuan dalam persepsi ritmis dan mengingat melodi, berkembang.
- Kemampuan dalam memahami melodi 2 suara.
- Kemampuan dalam memiliki rasa kadens.
- Kemampuan dalam merasakan unsur harmoni, semakin baik.
Kestabilan perkembangan fisik yang mulai terjadi diusia 12-17 tahun keatas, juga berpengaruh pada kestabilan mental anak diusia ini. Perkembangan musikalpun, menuju kepada kemampuan apresiasi musik yang semakin meningkat, terutama bila hal itu berhubungan dengan respon kognitif dan respon emosi. Anak diusia ini, akan memiliki kemampuan dalam mengapresiasi musik sesuai minat serta lingkungan yang mempengaruhinya saat ia tumbuh kembang. Hal-hal yang pernah dialaminya dimasa lalu, bisa jadi akan membentuk sikap apresiasi musiknya dimasa datang.
E. SARAN
Sebagai saran dari penulis, ada baiknya sejak usia dini, anak-anak perlu mendapat pengalaman musikal yang sesuai dengan masa pertumbuhan fisik dan mentalnya. Bila hal ini dapat dilakukan, maka kelak ketika mereka dewasa, akan memiliki kemampuan musikal yang sangat luar biasa. Biografi tentang W.A. Mozart, Beethoven, Joseph Haydn, atau G.F. Handel misalnya, dapat menjadi pelajaran berharga bagi orang tua yang mendambakan anak tumbuh kembang kemampuan musikalnya secara baik. Selamat memperdalam, memperkaya, ataupun mendidik musik.
Keterangan istilah:
A Tonal
Kebalikan dari Tonal, yakni perasaan atau kesan tidak adanya pusat nada dalam suatu karya musik.
Disonan
Merupakan jenis bunyi yang mebuat perasaan “galau” pada pendengarnya.
Harmoni
Perihal keselarasan pada bunyi. Secara teknis meliputi susunan, peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya, atau dengan bentuk keseluruhannya.
Irama
Gerak yang teratur mengalir, karena munculnya aksen secara tetap. Keindahannya akan lebih terasa oleh adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan – satuan bunyinya.
Kadens
Gerak berpindahnya akord, dari sebuah karya musik, dalam kaitannya dengan kesan yang ditimbulkan.
Konsonan
Kebalikan dari Disonan, yakni jenis bunyi yang memberi kesan nyaman bagi pendengarnya.
Pitch
Merupakan tingkat ketinggian suatu bunyi, diukur dari banyaknya jumlah getaran dalam setiap detiknya.
Ritmik (ritmis)
Untuk kepentingan teks diatas, dapat dianggap sama dengan pengertian irama.
Register
Wilayah suara penyanyi berdasarkan resonator fisik, misalnya kepala.
Tonal
Perasaan atau kesan adanya pusat nada dalam suatu karya musik
Tonalitas
Penempatan, penetapan, dan penepatan suatu nada-nada yang digunakan dalam musik.
Bio data penulis: Lahir 49 tahun lalu di Surabaya. Telah banyak meneliti dibidang pendidikan musik serta menulis sejumlah artikel musik untuk radio, majalah, jurnal ilmiah seni, seminar musik, gathering musik, ataupun dalam rangka perkuliahan regular di Jurusan Pendidikan Musik FPBS UPI di Bandung. Saat ini juga masih memberi materi apresiasi musik di Program Siaran Apresiasi Musik Klasik Radio Walagri 93.3 FM Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar